Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya:

a. Usia

Usia merupakan variabel yang penting mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia.Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian, diagnosis dan penanganan secara agresif. Cara lansia berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara berespon dengan orang yang berusia lebih muda. Namun individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia hidup lebih lama, mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri. Sekali klien yang berusia lanjut menderita nyeri, maka ia dapat mengalami gangguan fungsi yang serius.

b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin, misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.

c. Budaya

Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Cara individu mengekspresikan nyeri merupakan sifat kebudayaan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

d. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

e. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman atau tantangan.

f. Gaya koping yang dugunakan

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat seseorang merasa kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa  yang terjadi. Dengan demikian. Gaya koping mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri.

g. Kecemasan dan stressor lain

Hubungan antara kecemasan dan nyeri bersifat kompleks. Kecemasan seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan kecemasan. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang yang memiliki status emosional yang kurang stabil.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

h. Lingkungan dan dukungan orang terdekat

Faktor lain yang bermakna yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung terhadap anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

i. Pengalaman nyeri yang lalu

Setiap individu belajar dari pangalaman nyeri yang lalu. Pengalaman nyeri sebelumnya berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas bahkan rasa takut dapat muncul. Namun dapat juga sebaliknya. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G.(2001) dan Potter dan Perry. (2005).

j. Penatalaksanaan nyeri

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya dan pasien sendiri. Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah analgesic yang dapat diberikan melalui rute parenteral, rute oral, rektal, transdermal, dan intraspinal. Ada tiga jenis analgesic yakni (1) Non narkotik dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID), (2) Analgesik narkotik atau Opiat dan (3) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik yang diberikan dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan memperbaiki kualitas hidup pasien. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001).

Salah satu tanggung jawab perawat yang paling dasar adalah melindungi klien dari bahaya. Ada sejumlah terapi non farmakologis yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan dapat digunakan pada keadaan perawatan acut dan perawatan tersier. Tindakan non farmakologis tersebut mencakup intervensi prilaku kognitif seperti imajinasi terbimbing, distraksi, relaksasi, biofeedback dan penggunaan agen fisik meliputi stimulasi kutaneus, massase, mandi air hangat, kompres panas, kompres dingin serta stimulasi saraf electric transkutan (TENS). (Potter dan Perry, 2005).

k. Pengkajian nyeri

Pengkajian keperawatan pada individu dengan nyeri termasuk deskripsi nyeri juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri yaitu pengalaman masa lalu, ansietas, usia serta respon  individu terhadap strategi pereda nyeri (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001).

Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut : mudah dimengerti dan digunakan, memerlukan sedikit upaya pada pasien, mudah dinilai, dan sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001)

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.  Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu dalam beberapa cara:

    1. Intensitas nyeri. Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal, misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, nyeri sangat hebat atau 0 sampai 10: 0=tidak nyeri, 10= nyeri sangat hebat.

 

  • Karakteristik nyeri termasuk letak, durasi, irama, dan kualitas nyeri.

 

 

  • Faktor-faktor yang meredakan nyeri misalnya gerakan, kurang gerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat.

 

 

  • Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari misalnya tidur, napsu makan, konsentrasi, gerakan fisik, bekerja, aktivitas-aktivitas lain.

 

 

  • Kekawatiran individu tentang nyeri.

 

 

Baca juga penyakit pada lansia, faktor penyebab penuaan, dan tinjauan tentang lanjut usia.